Assalamualaikum Bun,
Bun siapa sih??
Kenapa dipanggil-panggil mulu disetiap tulisan.
Bun bukan sembarang nama, bun merupakan sosok pembaca setia pertiwi's, journal.
Bun ini yang selalu menunggu setiap ada postingan atau artikel terbaru dari penulis. Bisa tiba-tiba komen atau banyakan angguk-angguk saat membaca tanda setuju dengan pikiran penulis.
Panggilan Bun disini merupakan nama pendek Saya sengaja menyingkatnya karena namanya sangat panjang kadang malah berubah-ubah.
Kok bisa?
Bisa, karena Bun disini merupakan kepanjangan Bunda, jika dipanggil dengan nama anak maka akan menjadi Bunda Eka. Rencananya Bunda ingin nambah anak maka anak kedua akan dinamakan Dwi, anak ketiga tri dan anak keempat Catur dan seterusnya. Bunda niatnya memang punya anak yang banyak walaupun terbentur dengan bekas jahitan sesar dan akhirnya dokter hanya memperbolehkan melahirkan anak sebanyak dua atau tiga kali.
Selaen Bunda Eka, ternyata ada satu bunda lagi yang sering mengintip journal ini. Namanya Bunda Fikri. Berbeda dengan Bunda Eka yang dibatasi punya anak, Bunda Fikri malah sudah punya anak banyak, dengan selisih umur yang sedikit. Persamaan mereka berdua adalah anaknya masih kecil-kecil.
A. Deskripsi
a. Penampilan Fisik
Bunda Eka memiliki penampilan fisik yang rapi. Layaknya emak-emak zaman now, maka penampilan no. 1. Tetapi Bunda Eka tidak berlebihan dalam berdandan. Baju yang digunakan pun tetap terlihat sopan. Rambut hitam sebahu, yang selalu dikuncir ke belakang.
Sedangkan Bunda Fikri memiliki tampilan fisik lebih agamis dengan kerudung panjangnya. Seringnya memakai baju gamis dengan warna-warna yang netral dan tak mencolok.
Bunda Eka dan Fikri sama-sama memiliki body langsing, dengan tinggi yang standar perempuan sekitar 155 cm. Kulit kuning langsat dengan mata yang selalu waspada, maklum anak-anak mereka masih kecil, hilang dari pengawasan sama dengan bahaya.
Jika mereka berjalan beriringan maka akan terlihat bahwa Bunda Fikri memiliki langkah lebih cepat dibandingkan dengan Bunda Eka. Sat set istilahnya, sedangkan Bunda Eka lebih menikmati, santai dan pelan namun tetap waspada.
b. Penampilan Sifat dan Karakter
Jika diatas penampilan luar, maka penampilan sifat dan karakter Bunda juga memiliki ciri khas masing-masing.
Walau terlihat santai, sebenarnya Bunda Eka lebih was-was dan panikan terhadap hal-hal yang terjadi diluar kendalinya. Seperti ketika anak sakit, atau tiba-tiba terjatuh dan luka. Bunda Eka akan panik, menghadapi itu semua. Hal ini lah yang membuat Beliau sering mencari tahu informasi tentang ilmu-ilmu parenting di google.
Beda lagi dengan Bunda Fikri, pengalamannya mempunyai anak banyak membuatnya lebih siap ketika anak sakit, walaupum beliau juga akan terlihat sedikit panik ketika yang sakit lebih dari satu anak. Biasanya setelah anak-anaknya sembuh maka, Bunda Fikri menjadi orang terakhir yang sakit akibat kelelahan.
Untuk kesabaran, kedua Bunda masih sangat belajar untuk bersabar, terlebih ketika menghadapi kelakuan anak-anak. Sifat jujur dan ulet melekat pada kedua Bunda tersebut. Mereka bahkan tipe orangtua yang tidak gampang menyerah, selalu semangat mempelajari hal baru.
B. Sudut Pandang (See)
Cara Bunda Eka dan Bunda Fikri menatap suatu masalah sangat berbeda. Mereka tumbuh di lingkungan yang berbeda pula. Walau sama-sama sebagai ibu rumah tangga, mereka mengartikan kehidupan dengan sudut pandang yang berbeda.
Bunda Fikri besar dilingkungan agamis, sekolah islam, pesantren serta orangtua yang selalu sigap mengajarkan tentang nilai-nilai keislaman. Ketika ada masalah, entah di lingkungan rumah atau yang berkaitan dengan muamalah dengan orang lain, beliau akan mencari jalan keluar lewat ajaran agamanya. Lebih sering mengalah, karena beranggapan hidup lebih tenang jika tidak memiliki musuh.
Bunda Fikri, adalah seorang pemikir. Dia lebih memilih berkutat dengan buku-buku di kamarnya daripada bermain medsos. Walau tak dipungkiri beliau memiliki medsos, instagram dan tiktok. Medsos hanya digunakan untuk hiburan, seringnya untuk belajar agama, karena memfollow akun-akun Ustad yang beliau gemari. Lingkungan memandang Bunda Fikri sebagai tetangga yang ramah tidak pernah usil mengganggu tetangga lainnya.
Bunda Eka, besar di lingkungan lebih idealis, masih kecil sudah kerja keras jika ingin mendapatkan sesuatu. Dimanja, tidak ada dalam kamus hidupnya. Saat masih kerja, orang-orang melihatnya sebagai orang yang tegas. Padahal sebenarnya begitu melow sifatnya. Nonton drakor pun bisa ikut menangis tersedu-sedu.
Memutuskan untuk resain dari dunia kerja setelah nikah dan punya anak, cita-citanya adalah mendisiplinkan anak dalam segala hal, namun apa daya malah gagal karena tidak tegaan. Selalu menyalahkan diri sendiri jika sesuatu terjadi kepada anaknya, dan merasa gagal menjadi ibu. Hal ini yang membuat beliau akhirnya aktif mengikuti berbagai komunitas ibu di instagram. Belajar untuk menjadi seorang ibu yang lebih baik lagi.
Akhir-akhir ini, Bunda Eka sedang belajar memperdalam ilmu agama. Masuk ke lingkungan lebih agamis membuatnya lebih tenang dan belajar memaknai hidup. Ketika drop lingkungannya lah yang menariknya untuk bangkit lagi dan jangan menyerah.
C. Mendengar (Hear)
Jika Bunda Fikri lebih sering mendengar kajian-kajian keagamaan. Maka Bunda Eka lebih sering mendengar hal-hal seputar parenting.
Untuk musik, sangat jarang sekali di dengarkan oleh duo Bun ini. Bukannya tidak suka, tapi memang waktu sangat sedikit untuk bisa menikmati hal tersebut. Sesekali lagu-lagu dari drakor favorit melintas di pikiran Bunda Eka.
Bunda Fikri sepertinya memanfaatkan sekali apa yang didengarnya. Setelah mencoba menghafal dengan metode mendengar ternyata anak-anaknya ikutan menjadi hafal secara tidak langsung. Otomatis sekarang rumahnya bersenandung Qari, yang melafalkan ayat-ayat Al Quran.
D. Pola Pikir dan Perasaan (Think & Feel)
Perasaan seorang Bun, sangat mendominasi dibandingkan dengan pikirannya. Hatinya sangat lembut apalagi ketika berhubungan dengan anak-anak.
Pikirannya hanya untuk anak-anak, ketika baru bangun tidur diawali berpikir masak apa hari ini untuk anak, siang belajar bareng anak dan malam mulai intropeksi diri.
Sosok bun (Bunda Eka dan Bunda Fikri) akhir-akhir ini ingin mengembangkan diri, lebih berpikir kritis terhadap apapun dan mulai merancang target masa depannya.
E. Berbicara (Say)
Kira-kira apa sih yang akan dibicarakan oleh bun ? Bun suka topik-topik rumah tangga, seperti membicarakan resep kue, membicara resep masakan dan lain-lain.
Selain itu bun juga senang mengobrol tentang keislaman. Kajian-kajian ustad, nasehat-nasehat, atau tutorial mengaji secara benar.
Orang-orang selalu menikmati mengobrol dengan sosok bun, karena selalu nyambung kalau diajak bicara tentang tema apapun. Jika ada yang tidak suka dengan sosok bun dan membicarakannya di belakang, maka bun tidak akan memperdulikannya. Baginya anjing menggonggong kafilah berlalu.
F. Ketakutan Terbesar
Ketakutan seorang Bun, adalah ditinggalkan dan meninggalkan anak-anaknya. Ketika terpikir bahwa setiap manusia akan mati, hati nya akan sedih, akan kah anak-anaknya bisa survive, atau malah bisakah dia menerima jika suatu hari anak-anaknya yang dipanggil duluan oleh Tuhan.
Ketakutan berikutnya dari seorang bun adalah belum memberikan yang terbaik untuk anak-anak. Ketakutan ini yang membuat sosok Bun selalu ingin belajar hal apapun demi menjadi sosok ibu yang baik dan bisa diandalkan anak-anaknya.
G. Cita-Cita dan Harapan
Harapan seorang bun, masih seputar anak-anak, menginginkan anaknya sukses dunia dan akhirat. Bukan berarti dirinya tak ingin masuk surga, melainkan lebih ke merasa tak pantas, tapi akhirnya takut pula untuk masuk neraka.
Menjadi keluarga sakinah mawadah merupakan cita-cita berikutnya. Dengan rezeki yang banyak untuk anak-anak. Sosok Bun kadang ingin juga menjadi bermanfaat untuk lingkungan sekitar, tapi lagi-lagi dia memilih untuk jadi bermanfaat dahulu untuk keluarganya.
H. Kartu Tanda Penduduk
Jika penduduk mempunyai KTP maka sosok Bun pun mempunyai data-data tersebut. Kita bagi kembali sosok Bun menjadi 2 orang yakni Bunda Eka dan Bunda Fikri.
a. Tempat Tanggal Lahir
Bunda Eka lahir di jakarta kota metropolitan tahun 1995. Sedangkan Bunda Fikri lahir di Jogya tahun 1988.
b. Pekerjaan dan Penghasilan
Pekerjaan Bunda Eka adalah akuntan pada sebuah perusahaan swasta. Sedangkan Bunda Fikri dari awal lebih ke wiraswasta, berjualan apapun secara offline dan online.
Bunda Eka setelah resain akhirnya hanya menjadi Ibu rumah tangga. Penghasilan hanya dari suami saja.
c. Tempat Tinggal
Bunda Eka bertempat tinggal masih di jakarta, sedangkan Bunda Fikri sudah pindah dari jogya ke bekasi mengikuti suami.
d. Status
Status Bunda Eka dan Bunda Fikri yakni sama-sama menikah dan telah mempunyai anak.
e. Hobi
Untuk Hobi, Bunda Eka suka hiking, berpergian ke alam camping dan sebagainya. Sedangkan Bunda Fikri mempunyai hobi memasak, membuat kue dan cemilan yang bisa dinikmati keluarga serta bisa untuk dijual menjadi sumber pendapatan.
I. Sosialisasi
Sosok Bun merupakan orang ambivert, gampang berteman dengan orang banyak namun ada kalanya ingin menyendiri dan lebih senang di rumah saja.
Sosok Bun bisa rame jika berada di circle yang nyaman menurut dia. Tapi jika tidak sesuai pun, dia gampang menyesuaikan diri.
a. Di Lingkungan Keluarga
Di lingkungan keluarga sosok Bun, sangat mendominasi. Mungkin karena sering dirumah maka lebih dekat dengan anak-anak. Jika sosok Bun pergi sebentar entah ke pasar atau hanya warung maka rumah akan heboh kehilangan dirinya.
Sosok Bun, berperan sangat banyak di lingkungan keluarga, dia bisa menjadi seorang koki, pengasuh anak, tukang cuci setrika hingga pengajar dan dokter dadakan. Karena itu sosok Bun sangat aktif mencari literasi dari mana saja, mengikuti berbagai seminar offline dan online.
b. Di Lingkungan Tetangga
Di lingkungan tetangga, Bun merupakan tetangga yang dikenal ramah, suka menolong dan termasuk aktif di kegiatan lingkungan, seperti ibu PKK dll.
Jika ada yang sakit, maka dia yang selalu inisiatif untuk mengajak tetangga lain untuk menjenguk bersama-sama.
Saling berbagi makanan adalah hal yang biasa dilakukan dan hal itu dilakukan tanpa merasa terbebani. Walau mungkin ada saja sedikit celetukan negatif tentang dirinya.
c. Di Lingkungan Sekolah
Di lingkungan sekolah anak, sosok Bun merupakan tipe orangtua yang penurut. Semua peraturan yang berkaitan dengan sekolah anak akan diikuti tidak terkecuali. Beberapa kali diminta untuk menjadi Korlas, namun tak jarang pula dia menolaknya.
Bun adalah tipe orangtua yang kurang begitu setuju wacana memberi hadiah kepada guru. Sesekali boleh tapi ketika jadi kewajiban maka hatinya kurang sreg. Karena menurutnya seorang guru sudah digaji untuk mengajar, setiap anak juga mempunyai kondisi ekonomi yang berbeda. Jika diwajibkan memberi hadiah maka akan ada kesenjangan sosial antara anak yang membelikan hadiah biasa saja dengan yang mewah.
Para bun kece nongkrong di blog ini yaa hehe
ReplyDeleteAamiin,,hihihi.
DeleteSi bun yang sayang anak banget. Love deh
ReplyDeleteSayang banget, sampe apa-apa dipikirin detail.😄
DeleteSosok Bun yang selalu cinta pada anak dan keluarga
ReplyDelete