Assalamualaikum Bun.
Sebagai orang tua tentunya Kita ingin memberikan hal yang terbaik untuk anak. Segala cara akan Kita lakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari hingga kebutuhan psikologis dari anak-anak Kita. Harapan Kita kelak anak akan tumbuh menjadi pribadi yang sehat jiwa dan raga nya tanpa kekurangan apapun.Namun, tak jarang harapan tak sesuai dengan kenyataan. Anak yang dipenuhi semua kebutuhannya terkadang malah menjadi anak yang manja, selalu menuntut bahkan menjadi pemarah apabila tidak dipenuhi keinginannya.
Saya melihat banyak berita yang memunculkan luapan amarah anak kepada orang tuanya hingga berakhir dengan kekerasan bahkan pembunuhan kepada orang tua. Yang mengejutkan ternyata sikap ini dilatarbelakangi oleh masalah sepele yakni tidak dipenuhi nya keinginan anak oleh orang tua. Ternyata tantrum bukan hanya di alami oleh anak-anak, namun tantrum juga bisa terbawa sampai dewasa. Bahkan tantrum yang di rasakan oleh orang dewasa bisa menjadi prilaku yang sangat menakutkan.
Istilah tantrum bukan merupakan istilah yang asing bagi telinga orang tua. Dalam Oxford English Spanish Dictionary, tantrum didefinikan sebagai luapan kemarahan dan frustasi yang tidak terkontrol dan umumnya terjadi pada anak-anak. Tantrum biasanya merupakan respon yang terjadi dikarenakan suatu hal yang tidak sesuai dengan kemauan anak (perasaan). Salah satu nya adalah karena keinginan terhadap sesuatu tetapi malah mengalami penolakan dari orang tua.
Lalu seperti apa respon Kita sebagai orang tua menghadapi keinginan anak?
Jika diberikan semua dengan mudah akan memicu anak manjadi manja dan pembangkang saat dewasa, namun jika tidak dipenuhi bisa saja anak akan tantrum, seringnya kejadian seperti di tempat-tempat umum, anak menangis kencang sampai merengek hebat mengganggu ketentraman khalayak umum.
Yuk Kita belajar bareng Bun😊, bagaimana respon yang tepat untuk menghadapi keinginan anak.
Pahami Senjata Anak
Sadar atau tidak menangis, menjerit-jerit bahkan berguling-guling di fasilitas umum bisa dijadikan Senjata oleh anak agar Kita sebagai orang tua memenuhi keinginan mereka. Anak belajar ketika meminta sesuatu lalu dengan menangis ternyata mereka lebih cepat mendapatkan apa yang mereka mau.
Cara Saya untuk menghadapi ini adalah tetap bersikap tenang terlebih dahulu. Menahan diri untuk tidak bersikap emosional kepada anak. Karena Saya tahu ketika Saya sudah ikutan marah, intonasi sedikit nge gas atau malah dengan sedikit cubitan. Itu tidak akan menghentikan tantrum nya malah akan makin parah. Ketika dirumah biasanya saya akan berdialog terlebih dahulu, menjelaskan alasan kenapa keinginan nya tidak dipenuhi.
Jika anak masih menangis, sejujurnya saya akan lebih membiarkannya. Sampai mereka tenang dengan sendirinya. Saya memberi waktu mereka untuk mengekspresi kan kemarahan nya tetapi dengan aturan, masuk kamar dan jangan terlalu kencang nangisnya. Saya ajarkan kalau mau teriak-teriak coba gunakan bantal 🤣. Saya tetap ajarkan konsep malu kepada anak. Jika sudah tenang baru saya peluk mereka. Sampai sekarang mereka paham bahwa menangis tidak bisa menjadi alasan untuk mendapat sesuatu, bahkan ibunya malah memberikan fasilitas untuk menangis meluapkan amarahnya. Alhamdulillah anak juga tidak pernah tantrum sampai nangis teriak-teriak didepan umum. Mereka paham tentang konsep Malu.
Anak Belum Sepenuhnya Mengerti Baik Dan Buruk
Saat anak meminta sesuatu sejujurnya mereka hanya meminta apa yang dirasa enak dan menyenangkan bagi pikirannya. Anak belum mampu untuk berpikir akan dampak dari keinginannya. Contoh ketika anak melihat teman-temannya membeli es krim kemudian anak akhirnya tergoda untuk dibelikan es krim pula. Sebagai anak, batas berpikirnya hanya ingin seperti makan es krim seperti teman-temanya yang lain. Berbeda dengan orang tua. Apalagi Kita sebagai Ibu, pikiran Kita panjang ke depan, tentang musim hujan lah, anak takut sakit dan lain sebagainya. Kita masih menimbang-nimbang tentunya, membelikan atau tidak.
Orang tua tahu yang terbaik untuk anaknya. Ketika anak menginginkan sesuatu baiknya dibicarakan terlebih dahulu. Jika Kita tidak bisa memberikan, maka orang tua wajib untuk memberikan pemahaman kepada anak agar anak juga mengerti alasan penolakannya. Konsep ini hanya berlaku jika anak masih kecil. Ketika anak sudah dewasa Kita tidak bisa memaksakan pilihan kepada mereka. Memposisikan diri sebagai teman bicara dan berbagi cerita lebih baik daripada menjadi orang tua yang otoriter.
Konsistensi
Menurut laman resmi KBBI, konsisten adalah tetap (tidak berubah-ubah), selaras, dan sesuai. Kata ini berasal dari bahasa Inggris, consistent, yang berarti kokoh atau berdiri tegak. Konsisten sangat diperlukan dalam pengasuhan anak. Dalam praktiknya, ini berarti konsisten dalam, perilaku, rutinitas, dan aturan yang ditetapkan dalam kerangka disiplin.
Konsisten juga berarti Kita bersungguh-sungguh dengan apa yang dikatakan. Ketika Kita sebagai Ibu melarang sesuatu maka katakan "Tidak". Dan jangan pernah merubahnya. Sedikit sulit memang,apalagi seorang ibu mengedepan perasaan nya terlebih dahulu dalam mendidik anak. Saya juga masih belajar untuk konsisten akan semua peraturan yang dibuat dirumah untuk mendisiplinkan anak-anak.
Misalnya tentang peraturan menonton televisi, ketika masa liburan seperti sekarang sedikit lebih susah untuk mendisplinkan anak-anak. Permintaan mereka adalah menonton Tv bisa sepuasnya dengan alasan libur sekolah.
Apakah dipenuhi? Oh tentu saja tidak.😄
Konsisten sangat diperlukan dalam menghadapi situasi semacam itu. Dengan demikian, disiplin dalam diri anak pun akan terbentuk dengan baik.
Mengajarkan Anak Menunda Keinginan
“Aku mau beli mainan sekarang!!”
“Aku mau makan es krim sekarang!!”
Nah loh, kalau seperti ini apa yang Bunda lakukan? . Anak-anak usia toddler biasanya mengungkapkan apa yang mereka inginkan dengan lugas, terang-terangan mengekspresikan dirinya lewat tangisan, rengekan, merajuk bahkan berteriak. Sebagai orang tua, Kita bisa merayu nya , mengalihkan keinginannya dengan cara mengajak bermain atau pindah tempat menggendong mengalihkan perhatiannya. Untuk anak yang berusia 6 tahun ke atas sedikit susah jika dialihkan perhatian. Maka cara yang paling tepat adalah memberi pengertian.
Apakah Bunda pernah dengar istilah Gratification Delay? Gratification Delay adalah kemampuan anak menggunakan logikanya, untuk menunda keinginan demi memperoleh hasil yang lebih besar. Ketika menunda keinginan, anak melatih fungsi kognitifnya dalam hal berpikir dan membuat perencanaan. Di samping itu, anak mulai belajar mengelola kondisi emosi yang dirasakan ketika menunda keinginan.
Dalam proses menunda keinginan tersebut, Bunda selalu mendampingi anak, memberikan pemahaman bahwa untuk mendapatkan sesuatu perlu dengan usaha. Kalau perlu seandainya anak menginginkan membeli mainan, ajarkan untuk menabung terlebih dahulu. Dengan begini, anak paham bahwa konsep dunia real itu tidak selalu memenuhi semua keinginan mereka, kadang diperlukan pengorbanan dan kerja keras untuk mendapatkan apa yang diinginkan.
Jadi, perlukah menuruti permintaan anak?
Bunda bisa mempertimbangkan nya lagi. Jika permintaannya masih masuk akal monggo dipenuhi, tapi sekali-sekali Bunda juga bisa menolaknya. Tentunya dengan cara yang halus dan penuh kelembutan.
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ ٱللَّهِ لِنتَ لَهُمْ ۖ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ ٱلْقَلْبِ لَٱنفَضُّوا۟ مِنْ حَوْلِكَ ۖ فَٱعْفُ عَنْهُمْ وَٱسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِى ٱلْأَمْرِ ۖ فَإِذَا عَزَمْتَ فَتَوَكَّلْ عَلَى ٱللَّهِ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُتَوَكِّلِينَ
(Ali Imran : 159)
Artinya: "Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya."
Daftar Referensi
https://www.sandstonecare.com/blog/delayed-gratification/
Delia, Devi dkk. 2021. Serba Serbi Pengasuhan Anak. Jakarta : Kompas Gramedia
Post a Comment