Assalamualaikum Bun,
Idul Adha atau biasa dikenal dengan lebaran haji adalah salah satu hari
mulia bagi umat Islam. Lebaran haji diperingati setahun sekali setiap
tanggal 10 Dzulhijjah bertepatan dengan prosesi haji yang utama yakni
wukuf di Arafah.
Asal usul atau sejarah Idul Adha tidak dapat dipisahkan dengan kisah teladan dari Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Ketika Ibrahim diberikan mimpi untuk menyembelih anaknya yakni Nabi Ismail. Nabi Ismail memberikan penolakan bahkan Beliau ridho karena itu perintah Allah.
KISAH NABI IBRAHIM AS
Di negeri Babilonia orang-orang ramai dan bersuka cita karens hari itu adakah hari raya mereka. Diantara mereka terdapat seorang lelaki yang bernama Azar. Ia adalah ahli pembuat patung dengan berbagai macam jenisnya. Azar selalu diliputi kecemasan yang mendalam mengenai anaknya Ibrahim yang sangat tidak suka patung dan menentang pembuatannya.
Suatu ketika Ibrahim keluar dari tempat penyembahan berhala milik kaumnya. Ia sangat risau memikirkan perihal Tuhan, Ia mengajak berhala-berhala tersebut bicara namun tidak pernah ada jawaban. Hingga suatu malam Ia melihat bintang-bintang bertaburan di langit.
"Inilah Tuhanku" ucapnya
Akan tetapi bintang-bintang tersebut lenyap dari pandangan mata. Selanjutnya pandangannya tertuju kepada rembulan. Ketika hendak berpikir bahwa itu Tuhannya, rembulan ternyata hilang juga dari pandangannya. Begitu pula dengan matahari, yang akhirnya terbenam.
Hal ini diceritakan dalam Al-Qur’an surat Al-An’am ayat 76-79 :
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَفَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَفَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَإِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
“Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. “Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”. “Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan”. “Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Rabb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada agama yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang yang mempersekutukan Tuhan” (Q.S Al-An’am 76-79)
Setelah melihat fenomena dan kejadian tersebut,akhirnya Ibrahim tersadar bahwa Tuhannya adalah Dzat yang menciptakan matahari, rembulan, bintang-bintang dan semua manusia termasuk Raja Namrud yang berkuasa saat itu. Nabi Ibrahim menjelaskan kepada kaumnya bahwa berhala (patung) tersebut bukan Tuhan, karena tidak bisa memberi manfaat apapun, mereka hanya patung dan buta bisu tuli. (QS.Al Anbiya 52-54)
ذْ قَالَ لِاَبِيْهِ وَقَوْمِهٖ مَا هٰذِهِ التَّمَاثِيْلُ الَّتِيْٓ اَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُوْنَ - ٥٢
(Ingatlah), ketika dia (Ibrahim) berkata kepada ayahnya dan kaumnya, “Patung-patung apakah ini yang kamu tekun menyembahnya?”
قَالُوْا وَجَدْنَآ اٰبَاۤءَنَا لَهَا عٰبِدِيْنَ - ٥٣
Mereka menjawab, “Kami mendapati nenek moyang kami menyembahnya.”
قَالَ لَقَدْ كُنْتُمْ اَنْتُمْ وَاٰبَاۤؤُكُمْ فِيْ ضَلٰلٍ مُّبِيْنٍ - ٥٤
Dia (Ibrahim) berkata, “Sesungguhnya kamu dan nenek moyang kamu berada dalam kesesatan yang nyata.”
Selepas Nabi Ibrahim memperingatkan dan mendakwahkan dengan lisannya, maka beliau bertekad juga untuk melakukan nahi mungkar dengan tangannya. Nabi Ibrahim berkata,
وَتَاللَّهِ لَأَكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ
“Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian sesudah kalian pergi meninggalkannya.” (QS. Al-Anbiya’: 57)
Dan rupanya kaum Ibrahim juga mempunyai acara ibadah tahunan (seperti hari raya) yang dilakukan di luar kota Babil. Ketika itu, Nabi Ibrahim diajak kaumnya untuk ikut. Akan tetapi, beliau tidak ingin pergi dan mengatakan kepada kaumnya bahwa beliau sedang sakit. (Lihat QS. Ash-Shaffat: 89)
Kemudian setelah semua kaumnya pergi ke acara tersebut, Nabi Ibrahim keluar dari rumahnya dengan membawa kapak dan beliau hancurkan seluruh patung kaumnya. (Lihat QS. As-Shaffat: 91-93) Nabi Ibrahim mendapati ada satu patung yang paling besar sedangkan yang lainnya lebih kecil. Maka, beliau hancurkan semua patung yang kecil dan menyisakan satu patung yang paling besar. Lalu beliau menggantungkan kapaknya di leher patung yang terbesar tersebut.
Allah Ta’ala berfirman,
فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلَّا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ
“Maka, Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur berpotong-potong, kecuali yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain, agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.” (QS. Al-Anbiya’: 58)
Tatkala kaumnya telah kembali, mereka melihat tuhan-tuhan mereka telah hancur bergelimpangan (Lihat QS. Al-Anbiya’: 59-61). Mereka pun menuduh Nabi Ibrahim yang melakukannya karena beliaulah satu-satunya di negeri tersebut yang berani mencela berhala-berhala mereka.(Lihat QS. Al-Anbiya’: 62-63).
Karena murka, akhirnya Namrud memerintahkan pasukannya untuk segera membakar Nabi Ibrahim secara hidup-hidup. Namun, atas mukjizat Allah SWT melalui malaikat Jibril, api yang dibakarkan kepada Nabi Ibrahim tidak terasa panas, melainkan menjadi dingin dan tidak membuatnya terbakar.(Lihat QS. Al-Anbiya’: 68-70).
Menyaksikan hal tersebut, banyak masyarakat akhirnya tersadar dan mulai beriman kepada Allah SWT. Lain halnya dengan Namrud, ia tambah murka dan akhirnya mengusir Nabi Ibrahim keluar dari wilayah kekuasaannya.
KISAH NABI ISMAIL AS
Saat melakukan hijrah dari tempat asalnya menuju Mesir. Nabi Ibrahim AS bertemu dan menikah dengan Siti Sarah. Namun dikarenakan mereka tidak kunjung memiliki anak untuk melanjutkan perjuangan dakwah Nabi Ibrahim, maka Siti Sarah memberikan izin agar Nabi Ibrahim menikahi Siti Hajar. Hajar merupakan budak dari Sarah, yang mana ia memiliki hati mulia dan penyabar. Dari pernikahan ini, lahirlah Nabi Ismail A.S dengan cerita luar biasa mengenai keikhlasan dan pengorbanan.
Nabi Ibrahim, Siti Hajar, dan Ismail melakukan hijrah ke Mekkah ketika Ismail masih kecil. Di tengah perjalanan, Nabi Ibrahim meninggalkan mereka atas perintah Allah, dan meminta Siti Hajar agar selalu bertakwa kepada Allah.
Nabi Ibrahim berdo’a:
قال الله تعالى : رَّبَّنَآ إِنِّيٓ أَسۡكَنتُ مِن ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيۡرِ ذِي زَرۡعٍ عِندَ بَيۡتِكَ ٱلۡمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُواْ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱجۡعَلۡ أَفِۡٔدَةٗ مِّنَ ٱلنَّاسِ تَهۡوِيٓ إِلَيۡهِمۡ وَٱرۡزُقۡهُم مِّنَ ٱلثَّمَرَٰتِ لَعَلَّهُمۡ يَشۡكُرُونَ (سورة إبراهيم : 37)
“Ya Tuhan Kami, Sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, Ya Tuhan Kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, Maka Jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rizkilah mereka dari buah-buahan, Mudah-mudahan mereka bersyukur”. [Ibrahim/14: 37].
Tibalah saat persediaan makanan dan minuman mereka habis, Hajar dan putranya, Ismail, merasa kehausan. Karena merasa bingung dan butuh air, akhirnya Hajar berlari-lari kecil dari satu bukit ke bukit lain selama tujuh kali untuk mencari sumber air. Bukit itu saat ini dikenal dengan nama Shafa dan Marwah. Hentakan kaki ismail menyemburkan air yang menyerupai telaga, disebut dengan air ‘Zam-zam’. Adapun arti dari air zam-zam ini ialah melimpah ruah dan menjadi Sumber air yang mengalir hingga saat ini.
SEJARAH PERINTAH QURBAN
Suatu ketika, Nabi Ibrahim AS berkunjung ke rumah Siti Hajar dan Ismail AS. Ketika beliau melakukan kunjungan, di satu malam dia mendapatkan mimpi berupa perintah dari Allah SWT untuk menyembelih Nabi Ismail A.S sebagai kurban. Nabi Ibrahim kemudian terbangun dari tidur itu dengan perasaan gelisah dan sedih.
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى
Artinya: "Maka ketika anak itu sampai (pada umur) sanggup berusaha bersamanya, (Ibrahim) berkata, 'Wahai anakku! Sungguh aku bermimpi bahwa aku menyembelihmu. Pikirkanlah bagaimana pendapatmu!'" (QS As-Saffat:102).
Mendengar penjelasan dari ayahnya, Nabi Ismail dengan tenang namun tegas merespons apa yang telah Ibrahim ceritakan, sebagai berikut:
قَالَ ياأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤمَرُ سَتَجِدُنِي إِن شَآءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ
Artinya: "Dia (Ismail) menjawab, 'Wahai ayahku! Lakukanlah apa yang diperintahkan (Allah) kepadamu; insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang yang sabar.'" (QS As-Saffat:102)
Meski kasih sayang Nabi Ibrahim terhadap Nabi Isma’il sangat besar, akan tetapi cintanya terhadap Allah Swt. jauh lebih besar. Nabi Ibrahim kemudian bersiap menyembelih Nabi Isma’il atas perintah Allah Swt. Saat Nabi Ibrahim sudah bersiap untuk menyembelih Nabi Isma’il, Allah Swt. menghentikannya.
وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيمُ قَدْ صَدَّقْتَ الرُّؤْيا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِينَ إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاءُ الْمُبِينُ وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي الْآخِرِينَ.
Artinya: "Lalu Kami panggil dia, 'Wahai Ibrahim! Sungguh, engkau telah membenarkan mimpi itu.' Sungguh, demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sungguh ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim (pujian) di kalangan orang-orang yang datang kemudian," (Qs As-Saffat : 104-108).
Sejak peristiwa tersebut Kita diperintahkan untuk berqurban dengan seekor kambing, domba ataupun sapi. Setiap perayaan Idul Adha ada kegiatan penyembelihan hewan Qurban yang kemudian dagingnya dibagi-bagikan kepada yang berhak mendapatkannya.
HIKMAH KISAH NABI IBRAHIM DAN NABI ISMAIL
Peristiwa sejarah yang telah dilalui oleh Nabi Ibrahim dan putranya, Nabi Ismail, tentu mengandung banyak hikmah yang dapat dituai dan diajarkan kepada anak kita. Beberapa hikmah yang dapat menjadi pelajaran oleh kaum muslim dalam menjalankan kehidupan sehari-hari berdasarkan peristiwa tersebut di antaranya:
1. Hendaknya kita selalu taat kepada Allah SWT, walaupun ketaatan tersebut memerlukan pengorbanan yang amat besar dengan jiwa, anak dan harta
2. Percaya bahwa orang-orang beriman selalu mendapat pertolongan Allah SWT. Dan hendaknya kita senantiasa selalu meminta pertolongan dan bantuan hanya kepada Allah.
3. Allah SWT akan memberikan tambahan kebaikan kepada manusia apabila mereka mau menaati perintahNya dan melaksanakan apa yang dimintaNya.
Sumber:
https://muslim.or.id/85139-kisah-nabi-ibrahim-dan-kaum-babil.html
Copyright © 2024 muslim.or.id
https://almanhaj.or.id/59324-kisah-nabi-ibrahim-dan-nabi-ismail-alaihimassallam.html
Achmad Ath Thahir, Hamid. 2021. Nabi Shalih, Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail Seri Kisah Para Nabi Untuk Anak:Hikam Pustaka.
Post a Comment